Judul
Buku : Banci
Kalap
Penulis : Nuril Basri
Penulis : Nuril Basri
Penerbit : Gagas Media
Tahun :
2008
Jumlah halaman : 292 halaman
Jumlah halaman : 292 halaman
“
BANCI KALAP” dilihat dari Judulnya sudah unik, apalagi saat melihat cover
depan, sepertinya akan lucu dan seru. Hal itu semakin dipertegas sama beberapa
halaman awal yang aku baca dari buku novel ini. Gaya bahasanya pun unik .
Hal
menarik pertama yang aku temukan begitu membaca halaman-halaman pertama buku
ini adalah penggunaan bahasa yang sangat populer . Bahasa populer di sini ya
maksudnya ya bahasanya anak-anak muda jaman sekarang. Coba lihat deh beberapa
petikan yang diambil dari sinopsis bukunya
"Nama
gue Jajang. Selain fakta Emak ngelahirin gue waktu doi nyari kayu bakar di
tengah hutan belantara—gak ada lagi yang menarik dari diri gue. Semuanya serba
standar aja. S-T-D. Sampai akhirnya gue harus pindah tempat tinggal ke
Tangerang, dan orang-orang di sana mulai ngata-ngatain gue bencong. Ya,
bencong... bencong... BENCONG!!!!
Dan
najongnya, Bo, semester ini gue sekelompok sama geng Byuti yang laknatnya beda
tipis sama setan. Teti, si ketua geng, bertanggung jawab bikin satu sekolahan
manggil gue ‘Neneng’, ‘Beti’, ‘Nancy’, de-el-el. Belum lagi si Abim, cowoknya
Teti; dia mah setan lekong benerrr! "
Awalnya
memang ribet membaca kata-kata dan pola bahasa yang seenaknya seperti itu. Tapi
lama-lama asyik juga ngebacanya. Serasa jadi mendengarkan Si Jajang alias
Neneng yang sedang bercerita dengan gaya bahasa ala banci. ceritanya tidak
membuat bosan. Kadangkala ada beberapa kata yang menggelitik kita sampai ketawa
atau senyum-senyum sendiri.
Terus,
di beberapa bagian cerita, kita akan menemukan ilustrasi-ilustrasi yang biarpun
agak jelek namun bisa juga mengundang tawa. Dikatakan jelek karena kelihatan kalau
itu dibuat oleh tangan pengarang sendiri. Lucunya, selain menggambarkan adegan
yang tengah diceritakan, gambar-gambar itu kadang membuat lucu. Ketika
gambarnya mewakili adegan romantis, disitu ada perintah untuk mewarnai. Tapi,
ketika ada adegan yang romantis tapi tidak layak dilihat, disitu ada warning
jangan diwarnai.
Sesungguhnya
, cerita di novel ini termasuk cerita
yang biasa saja, dan mungkin pernah kita alami di masa sekolah kita. Yang tidak
biasa adalah tokoh utamanya, yang meskipun disebut-sebut sebagai banci,
sebenarnya adalah anak lelaki sejati. Bagaimana tokoh Jajang alias Neneng ini
berinteraksi dengan teman-teman yang tadinya memperlakukan dia dengan
biadabnya, tiba-tiba menjadi berlaku baik padanya? Apakah mereka mempunyai tipu
muslihat untuknya, ataukah mereka memang akhirnya menyadari bahwa Jajang
bukanlah banci?
Penulis
sangat jago dalam membuat cerita yang simple ini menjadi sesuatu yang memikat
untuk diikuti. Cerita persahabatan yang sangat manis, romantika yang tidak
lebay, intrik pergaulan yang diam-diam menghanyutkan, dan keluarga yang
meskipun tidak sempurna namun bahagia. Pokoknya seru untuk diikuti. Endingnya,
meskipun sebenarnya bisa ditebak dari awal, namun mungkin tidak semua orang
akan berpikiran ke arah situ karena Nuril cerdas untuk mengalihkan perhatian
pembaca bukan pada ending yang itu. Makanya, banyak yang akan terkecoh dan
menduga bahwa cerita akan berakhir seperti ini, padahal sebenarnya endingnya
akan seperti itu. Padahal jika dicermati,
hampir di seluruh bagian cerita kita akan menemukan clue yang mengarah pada
ending itu, maka dari itu, Nuril dengan
cerdasnya mengalihkan perhatian pembaca bukan pada endingnya. Sehingga ketika
akhirnya kita menemukan ending yang sebenarnya, kita pun akan dibuat terkecoh.
Cerita
ini banyak mengandung pesan moral yang baik untuk remaja. Dimana dalam pesan
moralnya kita harus lebih percaya kepada diri kita, jangan terlalu percaya
kepada seseorang yang belum tentu kita tahu lebih dalam. Jadi tidak hanya lucu
dan menghibur pembaca saja namun banyak pelajaran hidup yang dapat kita ambil
dari novel ini.