Kamis, 11 Oktober 2012

RESENSI NOVEL BANCI KALAP


Judul Buku                 : Banci Kalap
Penulis                        : Nuril Basri
Penerbit                     : Gagas Media
Tahun                         : 2008 
Jumlah halaman        : 292 halaman

                       

“ BANCI KALAP” dilihat dari Judulnya sudah unik, apalagi saat melihat cover depan, sepertinya akan lucu dan seru. Hal itu semakin dipertegas sama beberapa halaman awal yang aku baca dari buku novel ini. Gaya bahasanya pun unik .
Hal menarik pertama yang aku temukan begitu membaca halaman-halaman pertama buku ini adalah penggunaan bahasa yang sangat populer . Bahasa populer di sini ya maksudnya ya bahasanya anak-anak muda jaman sekarang. Coba lihat deh beberapa petikan yang diambil dari sinopsis bukunya
"Nama gue Jajang. Selain fakta Emak ngelahirin gue waktu doi nyari kayu bakar di tengah hutan belantara—gak ada lagi yang menarik dari diri gue. Semuanya serba standar aja. S-T-D. Sampai akhirnya gue harus pindah tempat tinggal ke Tangerang, dan orang-orang di sana mulai ngata-ngatain gue bencong. Ya, bencong... bencong... BENCONG!!!!
Dan najongnya, Bo, semester ini gue sekelompok sama geng Byuti yang laknatnya beda tipis sama setan. Teti, si ketua geng, bertanggung jawab bikin satu sekolahan manggil gue ‘Neneng’, ‘Beti’, ‘Nancy’, de-el-el. Belum lagi si Abim, cowoknya Teti; dia mah setan lekong benerrr! "

Awalnya memang ribet membaca kata-kata dan pola bahasa yang seenaknya seperti itu. Tapi lama-lama asyik juga ngebacanya. Serasa jadi mendengarkan Si Jajang alias Neneng yang sedang bercerita dengan gaya bahasa ala banci. ceritanya tidak membuat bosan. Kadangkala ada beberapa kata yang menggelitik kita sampai ketawa atau  senyum-senyum sendiri.
Terus, di beberapa bagian cerita, kita akan menemukan ilustrasi-ilustrasi yang biarpun agak jelek namun bisa juga mengundang tawa. Dikatakan jelek karena kelihatan kalau itu dibuat oleh tangan pengarang sendiri. Lucunya, selain menggambarkan adegan yang tengah diceritakan, gambar-gambar itu kadang membuat lucu. Ketika gambarnya mewakili adegan romantis, disitu ada perintah untuk mewarnai. Tapi, ketika ada adegan yang romantis tapi tidak layak dilihat, disitu ada warning jangan diwarnai.
Sesungguhnya , cerita  di novel ini termasuk cerita yang biasa saja, dan mungkin pernah kita alami di masa sekolah kita. Yang tidak biasa adalah tokoh utamanya, yang meskipun disebut-sebut sebagai banci, sebenarnya adalah anak lelaki sejati. Bagaimana tokoh Jajang alias Neneng ini berinteraksi dengan teman-teman yang tadinya memperlakukan dia dengan biadabnya, tiba-tiba menjadi berlaku baik padanya? Apakah mereka mempunyai tipu muslihat untuknya, ataukah mereka memang akhirnya menyadari bahwa Jajang bukanlah banci?  
Penulis sangat jago dalam membuat cerita yang simple ini menjadi sesuatu yang memikat untuk diikuti. Cerita persahabatan yang sangat manis, romantika yang tidak lebay, intrik pergaulan yang diam-diam menghanyutkan, dan keluarga yang meskipun tidak sempurna namun bahagia. Pokoknya seru untuk diikuti. Endingnya, meskipun sebenarnya bisa ditebak dari awal, namun mungkin tidak semua orang akan berpikiran ke arah situ karena Nuril cerdas untuk mengalihkan perhatian pembaca bukan pada ending yang itu. Makanya, banyak yang akan terkecoh dan menduga bahwa cerita akan berakhir seperti ini, padahal sebenarnya endingnya akan seperti itu. Padahal  jika dicermati, hampir di seluruh bagian cerita kita akan menemukan clue yang mengarah pada ending itu, maka  dari itu, Nuril dengan cerdasnya mengalihkan perhatian pembaca bukan pada endingnya. Sehingga ketika akhirnya kita menemukan ending yang sebenarnya, kita pun akan dibuat terkecoh.
Cerita ini banyak mengandung pesan moral yang baik untuk remaja. Dimana dalam pesan moralnya kita harus lebih percaya kepada diri kita, jangan terlalu percaya kepada seseorang yang belum tentu kita tahu lebih dalam. Jadi tidak hanya lucu dan menghibur pembaca saja namun banyak pelajaran hidup yang dapat kita ambil dari novel ini.  
www.instagram.com/nindi.elsa